rindu masih menghantui dalam setiap detik.
Meski mencoba menyembunyikan,
kenangan dan bayanganmu tetap hadir,
mengisi ruang kosong dalam hati yang terluka.
Rasa ini, seperti pedang bermata dua,
mengajarkan arti ikhlas namun juga
memeluk kerinduan yang tak pernah pudar.
Rasa ini bagai paradigma yang rumit,
menghadirkan kontradiksi yang sulit dipahami.
Di satu sisi, aku mencoba merangkul ikhlas dan menerima keadaan,
namun di sisi lain, kerinduan yang mendalam terus menggelora,
menuntut perhatian dan penyelesaian.
Seperti dua kutub yang bertentangan namun saling melengkapi,
paradigma ini menjadi ujian batin yang tak kunjung berakhir.
Aku hanya bisa menghela nafas panjang,
bergelut dengan intuisiku sendiri
yang tak henti memberikan pertanyaan tanpa jawaban.
Dalam sunyi yang menggelayut,
aku merenung pada cermin batin
yang penuh dengan kebingungan.
Setiap helaan nafas menjadi saksi bisu
dari pertarungan antara keikhlasan dan
kerinduan yang terus menghantui,
membentuk luka-luka yang tak terlihat
namun begitu dalam.